Menurut SK SNI M-18-1989-F (1989) dalam (Suparta (2004) dijelaskan bahwa
Banjir adalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh
alur sungai atau saluran. Aliran yang dimaksud disini adalah aliran air
yang sumbernya bisa dari mana aja. Dan air itu ngeluyur keluar dari
sungai atau saluran karena sungai atau salurannya sudah melebihi
kapasitasnya. Kondisi inilah yang disebut banjir.
Jenis-jenis Banjir di Indonesia – [Kembali ke daftar isi]
Menurut ahli hidrologi banjir-bajir di indonesia itu dibagi menjadi tiga jenis, antara lain:
1. Banjir karena sungainya meluap
Banjir jenis ini biasanya terjadi akibat dari sungai tidak mampu lagi menampung aliran air yang ada disungai itu akibat debit airnya sudah melebihi kapasitas. Kalo dah kayak gini, airnya itu akan mencari tempat lain (mungkin dah bosan kali airnya lewat situ hehehe…) tempat itu ada dikanan kiri sungai yang biasanya merupakan daerah dataran banjir (apa lagi itu “dataran banjir”, itu bahasa Geomorfologi. Masih nyari2 bahan nih……). luapan air ini bisa juga terjadi akibat kiriman (kiriman??? kayak pos aja…), bila crah hujan tinggi di hulu sungai dan sistem DAS dari sungai itu rusak maka luapan airnya akan terjadi di hilir sungai
1. Banjir karena sungainya meluap
Banjir jenis ini biasanya terjadi akibat dari sungai tidak mampu lagi menampung aliran air yang ada disungai itu akibat debit airnya sudah melebihi kapasitas. Kalo dah kayak gini, airnya itu akan mencari tempat lain (mungkin dah bosan kali airnya lewat situ hehehe…) tempat itu ada dikanan kiri sungai yang biasanya merupakan daerah dataran banjir (apa lagi itu “dataran banjir”, itu bahasa Geomorfologi. Masih nyari2 bahan nih……). luapan air ini bisa juga terjadi akibat kiriman (kiriman??? kayak pos aja…), bila crah hujan tinggi di hulu sungai dan sistem DAS dari sungai itu rusak maka luapan airnya akan terjadi di hilir sungai
2. Banjir lokal.
Banjir ini merupakan banjir yang terjadi akibat air yang berlebihan ditempat itu dan meluap juga ditempat itu. Pada saat curah hujan tinggi dilokasi setempat dimana kondisi tanah dilokasi itu sulit dalam melakukan penyerapan air (bisa karena padat, bisa juga karena kondisinya lembab, dan bisa juga karena daerah resapan airnya tinggal sedikit) maka kemungkinan terjadinya banjir lokal akan sangat tinggi sekali.
Banjir ini merupakan banjir yang terjadi akibat air yang berlebihan ditempat itu dan meluap juga ditempat itu. Pada saat curah hujan tinggi dilokasi setempat dimana kondisi tanah dilokasi itu sulit dalam melakukan penyerapan air (bisa karena padat, bisa juga karena kondisinya lembab, dan bisa juga karena daerah resapan airnya tinggal sedikit) maka kemungkinan terjadinya banjir lokal akan sangat tinggi sekali.
3. Banjir akibat pasang surut air laut
Saat air laut pasang, ketinggian muka air laut akan meningkat, otomatis aliran air di bagian muara sungai akan lebih lambat dibandingkan bila saat laut surut. Selain melambat, bila aliran air sungai sudah melebihi kapasitasnya (ditempat yang datar atau cekungan) maka air itupun akan menyebar kesegala arah dan terjadilah banjir.
Saat air laut pasang, ketinggian muka air laut akan meningkat, otomatis aliran air di bagian muara sungai akan lebih lambat dibandingkan bila saat laut surut. Selain melambat, bila aliran air sungai sudah melebihi kapasitasnya (ditempat yang datar atau cekungan) maka air itupun akan menyebar kesegala arah dan terjadilah banjir.
Faktor-Faktor Penyebab Banjir – [Kembali ke daftar isi]
Pada dasarnya banjir itu disebabkan oleh luapan aliran air yang terjadi
pada saluran atau sungai. Bisa terjadi dimana saja, ditempat yang tinggi
maupun tempat yg rendah. Pada saat air jatuh kepermukaan bumi dalam
bentuk hujan (presipitasi), maka air itu akan mengalir ketempat yang
lebih rendah melalui saluran2 atau sugai2 dalam bentuk aliran permukaan
(run off) sebagian akan masuk/meresap kedalam tanah (infiltrasi) dan
sebagiannya lagi akan menguap keudara (evapotranspirasi).
Sebenarnya banjir merupakan
peristiwa yang alami pada daerah dataran banjir, mengapa bisa alami???
Karena dataran banjir terbentuk akibat dari peristiwa banjir. Dataran
banjir merupakan derah yang terbentuk akibat dari sedimentasi
(pengendapan) banjir. Saat banjir terjadi, tidak hanya air yang di bawa
tapi juga tanah2 yang berasal dari hilir aliran sungai. Dataran banjir
biasanya terbentuk di daerah pertemuan2 sungai. Akibat dari peristiwa
sedimentasi ini, dataran banjir merupakan daerah yg subur bagi
pertanian, mempunyai air tanah yang dangkal sehingga cocok sekali bagi
pemukiman dan perkotaan.
Itu faktor penyebab banjir yang alami…. sekarang kita tengok yg tidak alami atau akibat dari perubahan
Ada dua faktor perubahan kenapa banjir terjadi
Pertama itu perubahan lingkungan dimana didalamnya ada perubahan iklim, perubahan geomorfologi, perubahan geologi dan perubahan tata ruang. Dan kedua adalah perubahan dari masyarakat itu sendiri
Pertama itu perubahan lingkungan dimana didalamnya ada perubahan iklim, perubahan geomorfologi, perubahan geologi dan perubahan tata ruang. Dan kedua adalah perubahan dari masyarakat itu sendiri
Hujan merupakan faktor utama penyebab
banjir. Perubahan iklim menyebabkan pola hujan berubah dimana saat ini
hujan yang terjadi mempunyai waktu yang pendek tetapi intensitasnya
tinggi. Akibat keadaan ini saluran2 yg ada tidak mampu lagi menampung
besarnya aliran permukaan dan tanah2 cepat mengalami penjenuhan.
Berdasarkan penelitian Diarniti (2007)
jumlah vegetasi di denpasar pada tahun 1994 adalah 45.31% dan pada tahun
2003 itu 17.86%, klo gitu dah berkurang 27,45% dari tahun 1994 sampai
2003.
Akibat global warming
/ pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan pada pola iklim yg
akhirnya merubah pola curah hujan, makanya jngan heran kalau
sewaktu-waktu hujan bisa sangat tinggi intensitasnya dan kadang sangat
rendah. Berdasarkan analisis statistik data curah hujan dari tahun 1900
sampai tahun 1989 terhadap variansi hujan dengan menggunakan uji F
dihasilkan bahwa telah terjadi perubahan intensitas hujan untuk lokasi
Ambon, Branti, Kotaraja, Padang, Maros, Kupang, Palembang, dan Pontianak
(Slamet dan Berliana, 2006). Berdasarkan kajian LAPAN (2006) banjir
yang terjadi di Jakarta Januari tahun 2002, Juni 2004 dan Februari 2007
bertepatan dengan fenomena La Nina dan MJO (Madden-Julian oscillation),
kedua fenomena ini menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan diatas
normal. Memang, berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut bukan hanya
faktor iklim yang menyebabkan terjadinya banjir, tp juga di sebabkan
oleh perubahan penggunaan lahan dan penyempitan saluran drainase
(sungai).
Perubahan penggunaan lahan dan otomatis
juga terjadi perubahan tutupan lahan ~penggunaan lahan itu ada
pemukiman, sawah, tegalan, ladang dll sedangkan tutupan lahan itu
vegetasi yang tumbuh di atas permukaan bumi menyebabkan semakin
tingginya aliran permukaan. Aliran permukaan terjadi apabila curah hujan
telah melampaui laju infiltrasi tanah. Menurut Castro (1959) tingkat
aliran permukaan pada hutan adalah 2.5%, tanaman kopi 3%, rumput 18%
sedangkan tanah kosong sekitar 60%. Sedangkan berdasarkan penelitian
Onrizal (2005) di DAS Ciwulan, penebangan hutan menyebabkan terjadinya
kenaikan aliran permukaan sebesar 624 mm/th. Itu baru perhitungan yg di
lakukan pada daerah hutan yg ditebang dimana masih ada tanah yang bisa
meresapkan air
Kembali lagi kita ke hutan yang
digunakan sebagai sampel apabila ga ada vegetasi dan pengaruhnya
terhadap aliran permukaan dan debit sungai. Onrizal (2005) juga
mengungkapkan bahwa penebangan hutan menyebabkan berkurangnya air tanah
rata-rata sebesar 53.2 mm/bln. Sedangkan kemampuan peresapan air pada
DAS berhutan lebih besar 34.9 mm/bln di bandingkan dengan DAS tidak
berhutan. Selain itu hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa apabila
tanaman di bawah pohon hutan ~tanaman2 yg kecil2 tuh~ itu hilang akan
menyebabkan peningkatan aliran permukaan yang mencapai 6.7 m3/ha/blan.
Hasil penelitian Bruijnzeel (1982) dalam
Onrizal (2005) yang di lakukan pada areal DAS Kali Mondoh pada tanaman
hutan memperlihatkan bahwa debit sungai pada bulan mei, juli, agustus
dan september lebih tinggi dari curah hujan yang terjadi pada saat
bulan2 tersebut, ini membuktikan bahwa vegetasi sebagai pengatur tata
air dimana pada saat hujan tanaman membatu proses infiltrasi sehinggaa
air disimpan sebagai air bawah tanah dan dikeluarkan saat musim kemarau.
Menurut Suroso dan Santoso (2006) dalam WWF-Indonesia (2007) perubahan
penggunaan lahan sangat berpengaruh terhadap peningkatan debit sungai.
Hasil penelitian Fakhrudin (2003) dalam
Yuwono (2005) menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan di DAS
Ciliwung tahun 1990-1996 akan meningkatkan debit puncak dari 280 m3/det
menjadi 383 m3/det, dan juga meningkatkan persentase hujan menjadi
direct run-off dari 53 % menjadi 63 %. Dalam makalah yang sama Yuwono
(2005) juga mengungkapkan pengurangan luas hutan dari 36% menjadi 25%,
15% dan 0% akan menaikkan puncak banjir berturut-turut 12,7%, 58,7% dan
90,4%.
Menurut Yuwono (2005) pengurangan luas
hutan dari 36% menjadi 25%, 15% dan 0% akan meningkatkan laju erosi
sebesar 10%, 60% dan 90%. Akibat dari erosi ini tanah menjadi padat,
proses infiltrasi terganggu, banyak lapisan atas tanah yang hilang dan
terangkut ke tempat-tempat yang lebih rendah, tanah yang hilang dan
terangkut inilah yang menjadi sedimentasi yang dapat mendangkalkan
waduk2, bendungan2 dan sungai2. setelah terjadi seperti itu, kapasitas
daya tampung dari saluran irigasi tersebut menjadi lebih kecil yang
akhirnya dapat menyebabkan banjir walaupun dalam kondisi curah hujan
normal. Menurut Priatna (2001) kerusakan tanah akibat terjadinya erosi
dapat menyebabkan bahaya banjir pada musim hujan, pendangkalan sungai
atau waduk2 serta makin meluasnya lahan-lahan kritis.
Cara Menanggulangi Banjir – [Kembali ke daftar isi]
1. Memfungsikan sungai dan selokan sebagaimana mestinya. Karena sungai
dan selokan merupakan tempat aliran air, jangan sampai fungsinya berubah
menjadi tempat sampah.
2. Larangan membuat rumah di dekat
sungai. Biasanya, yang mendirikan rumah di dekat sungai adalah para
pendatang yang yang datang ke kota besar hanya dengan modal nekat.
Akibatnya, keberadaan mereka bukannya membantu peningkatan perekonomian,
akan tetapi malah sebaliknya, merusak lingkungan. Itu sebabnya
pemerintah harus tegas, melarang membuat rumah di dekat sungai dan
melarang orang-orang tanpa tujuan tidak jelas datang ke kota dalam
jangka waktu lama atau untuk menetap.
3. Menanam pohon dan pohon-pohon yang
tersisa tidak ditebangi lagi. Karena pohon adalah salah satu penopang
kehidupan di suatu ktoa. Banyangkan, bila sebuah kota tidak memiliki
pohon sama sekali. Apa yang akan terjadi? Pohon selain sebagai
penetralisasi pencemaran udara di siang hari, sebagai pengikat air di
saat hujan melalui akar-akarnya. Bila sudah tidak ada lagi phon, bisa
dibayangkan apa yang akan terjadi bila hujan tiba.